Saturday, January 28, 2006

Menyambung naskhah luka yang dulu

Saya masih tak habis-habis juga untuk bicara tentang masih terlalu banyak benda yang nak saya tulis dan masih tetap banyak juga yang membuatkan saya terguris. Sebenarnya, naskhah 'Seni, Puisi dan Manusiawi' telah hampir separuh dibuang dan dipotong di sana-sini. Saya tidak pernah menyalahkan sesiapa dan tidak akan menyalahkan sesiapa, atas kehilangan keaslian naskhah terbaru saya itu. Memang pihak editor berhak sepenuhnya ke atas tulisan saya itu.

Panjang lebar saya sampaikan tentang ketergurisan kalbu rasa sebagai manusia yang tak pernah habis-habis menelaah & berjuang untuk sastera. Tolong jangan marahkan saya, kalau saya terpaksa berangkat pulang ke kampung halaman mengubat luka dan hati sendiri yang dipenuhi seni. Dan ditimbuni puisi. Saya sudah bosan bersyarah kepada teman-teman yang buta seni dan terlalu payah untuk mengerti. Selalu saja bebelan saya menidurkan mereka & mengulik tidur mereka.

Dan saya ubatkan hati sendiri dengan memandang langit sepi berbulan sabit, menelaah orang yang lalu-lalang. Saya sepikan diri menulis puisi, mencatat serba-serbi. Itu ini. Menulis diari. Saya lelaki. Saya perlu jantankan diri untuk perjuangan yang payah ini. Sekali saya berkata ya, saya tetapkan akan teruskan juga sampai bila-bila.

Memang saya boleh bermimpi yang tinggi-tinggi, yang besar-besar, yang jauh-jauh. Tapi, untuk melaksanakan segala mimpi itu, saya sendiri hanya ada kudrat yang terlalu kerdil. Terlalu kerdil. Allah tetap akan membantu, saya tetap akan terus percaya itu.

Malam ini saya balik kampung & saya tahu Tuhan tetap akan menolong.



Salman Sulaiman
Siber Kafe KBM, Sungai Dua,
Minden, Pulau Mutiara.
6.31 petang, sabtu - 28 Januari 2006.
Bersamaan 28 Zulhijjah 1426 H.

No comments: