skip to main |
skip to sidebar
Saya masih tak habis-habis juga untuk bicara tentang masih terlalu banyak benda yang nak saya tulis dan masih tetap banyak juga yang membuatkan saya terguris. Sebenarnya, naskhah 'Seni, Puisi dan Manusiawi' telah hampir separuh dibuang dan dipotong di sana-sini. Saya tidak pernah menyalahkan sesiapa dan tidak akan menyalahkan sesiapa, atas kehilangan keaslian naskhah terbaru saya itu. Memang pihak editor berhak sepenuhnya ke atas tulisan saya itu. Panjang lebar saya sampaikan tentang ketergurisan kalbu rasa sebagai manusia yang tak pernah habis-habis menelaah & berjuang untuk sastera. Tolong jangan marahkan saya, kalau saya terpaksa berangkat pulang ke kampung halaman mengubat luka dan hati sendiri yang dipenuhi seni. Dan ditimbuni puisi. Saya sudah bosan bersyarah kepada teman-teman yang buta seni dan terlalu payah untuk mengerti. Selalu saja bebelan saya menidurkan mereka & mengulik tidur mereka. Dan saya ubatkan hati sendiri dengan memandang langit sepi berbulan sabit, menelaah orang yang lalu-lalang. Saya sepikan diri menulis puisi, mencatat serba-serbi. Itu ini. Menulis diari. Saya lelaki. Saya perlu jantankan diri untuk perjuangan yang payah ini. Sekali saya berkata ya, saya tetapkan akan teruskan juga sampai bila-bila. Memang saya boleh bermimpi yang tinggi-tinggi, yang besar-besar, yang jauh-jauh. Tapi, untuk melaksanakan segala mimpi itu, saya sendiri hanya ada kudrat yang terlalu kerdil. Terlalu kerdil. Allah tetap akan membantu, saya tetap akan terus percaya itu. Malam ini saya balik kampung & saya tahu Tuhan tetap akan menolong. Salman SulaimanSiber Kafe KBM, Sungai Dua,Minden, Pulau Mutiara.6.31 petang, sabtu - 28 Januari 2006.Bersamaan 28 Zulhijjah 1426 H.
"Masih terlalu banyak yang nak saya tulis, masih terlalu banyak yang membuatkan saya terguris," begitu bunyi sebaris kata yang telah berhari-hari juga terbenih di kepala saya. Ruangan profil di Tunas Cipta, Januari 2006 (http://www.dbp.gov.my) masih belum cukup untuk meluahkan isi hati saya. Gurisan di hati saya masih belum sembuh-sembuh juga. Naskhah 'Seni, Puisi dan Manusiawi' paling tidak pun dapat menyembuhkan sedikit kelukaan yang saya cuba ubati sendiri selama ini. Dan, paling tidak pun, ia membuktikan saya akan terus menulis juga; walau tiada siapa di sisi yang sudi & sanggup menemani. Beberapa ketika sebelum saya membelek kalendar baru, saya menerima sms selamat tahun baru daripada sifu Rahimidin Zahari & dia juga menaipkan, lama tak baca karya baru saya. Dan saya kira, untuk beberapa ketika elok dia baca dulu catatan pendek saya di Tunas Cipta. Walau naskhah 'Seni, Puisi dan Manusiawi' belum dapat meluahkan sepenuhnya apa yang ada di kalbu rasa saya sebagai manusia yang hampir sedekad juga menghalusi hidup ini seseni yang mungkin. Kini, saya sudah di Pulau Mutiara sambil-sambil tak pernah putus berkira-kira apa yang akan saya tulis seterusnya. Aidiladha hanya sempat saya sambut sehari saja di Teratak Seni Padang Raja. Mujur sempat juga saya tolong potong-potongkan tulang lembu Mak Saudara yang rebah Aidiladha ini. Cuti singkat di Pulau Mutiara memaksa saya tergesa ke kampus semula. Izinkan saya terus saja bertapa di tengah riuh-rendah Pulau Mutiara, sambil-sambil berkira-kira untuk memberi kalian baca tulisan saya yang seterusnya pula. Sejuk dingin tanah serendah sekebun bunga bertukar dengan panas membahang Pulau Mutiara masih belum juga dapat menukarkan buak darah luka di jiwa saya. Seperti sebaris kata yang telah berhari-hari bermain di kepala saya, "Masih terlalu banyak yang nak saya tulis, masih terlalu banyak yang membuatkan saya terguris." Kalian tunggu sajalah dulu ...Salman SulaimanSiber Kafe KBM, Sungai Dua, Minden.5.24 petang, Sabtu - 14 Januari 2006.Bersamaan 14 Zulhijjah 1426 H.