Saya kembali menginap di desa lama tempat saya bertapa untuk tahun pertama yang lalu. Setelah setahun menyepi di desa lain untuk tahun kedua pengajian, rasa sunyi pula berseorangan - saya kembali ke desasiswa tempat teman-teman perajurit bertempik, bising menjerit pagi-pagi, mengejut teman ke tempat latihan. Tak tahan rasanya setahun menyepi diri dipisahkan oleh teman-teman di desasiswa lama yang penuh kenangan.
Seperti biasa, kampus dipenuhi kain rentang menyambut anak-anak baru yang khabarnya sekitar empat ribu orang. Bukit pulau ini kembali riuh oleh anak-anak baru yang masih segar-bugar dengan semangat ingin belajar.
Diam tak diam, sudah seminggu lebih saya kembali meneruskan pertapaan di bukit jauh ini. Kami kembali meneruskan jadual selalu, bergegas ke kelas, berdebat di bilik tutorial atau tersorok diam di perpustakaan.
Setahun, untuk sidang dulu; saya berseorangan di bilik. Seperti yang saya kata tadi, rasanya sudah tak tahan bersunyi-sunyi. Saya kembali ke desa asal di tahun pertama. Memilih tinggal sebilik dengan seorang akrab yang selalu saya pelawa tidur di bilik tempat saya tinggal berseorangan di tahun kedua.
Banyak kali juga, dia saya ajak temankan saya yang tinggal berseorangan terpisah dari kawan-kawan. Kini, saya tak perlu bersusah-susah berfikir bagaimana cara memujuk dia tidur di bilik saya, kerana dia memang akan terus sebilik dengan saya sampailah kami tamat belajar nanti, insya-Allah.
Bas ke dewan kuliah pagi-pagi, sudah penuh dan sendat seawal jam tujuh lebih lagi - lebih senang, untuk tidak bersesak-sesak, saya hanya memilih berjalan kaki. Waduh-waduh, rupanya 'senior' sudah kami yang di tahun tiga ini. Iskh, cepat sungguh masa berlalu.
Sehari dua ini, petang dan malam; Pulau Mutiara selalu saja dilanda hujan. Bulan di langit malam, sekadar kabur berbalam-balam - tanpa bintang. Izinkan saya terus bertapa di pulau jauh ini barang sembilan purnama lagi.
Saya kembali ke dalam riuh kota dan bising manusia. Kalau-kalau ke Minden, jika saya bukan di bilik kuliah atau tutorial, intai-intailah saya terceruk di rak buku bahasa Melayu di perpustakaan utama atau tersandar keletihan di dinding masjid al-Malik Khalid, di penjuru belakang di bahagian dalam. Kalau tak ada juga, jenguk-jenguklah di pasar pelajar - di sebuah gerai lukisan tempat seorang teman sedang asyik melakar catan atau potret tempahan.
Kalau gagal terkesan juga kelibat saya, tinjau-tinjaulah di siber kafe KBM di luar pagar kampus melayari internet atau mengemaskini laman siber. Tidak-tidak pun, lihat-lihatlah juga di Restoran Subaidah di belakang Dewan Budaya. Adalah saya di mana-mana, salah satunya.
Salman Sulaiman
KBM Sungai Dua, Minden,
Pulau Mutiara.
10.22 malam, 17 Julai 2005 - Ahad.
Catatan Rehlah Haji 1436H – Siri 3
4 months ago